KONFRONTASI - Anggota Lembaga Sensor Film (LSF) Arturo GP mengatakan LSF sudah menentukan peringkat penonton yang layak untuk menont...
KONFRONTASI
- Anggota Lembaga Sensor Film (LSF) Arturo GP mengatakan LSF sudah
menentukan peringkat penonton yang layak untuk menonton setiap tayangan.
Maka self control orang tua dalam mengarahkan tayangan mana yang layak
ditonton anaknya sangat menentukan.
“Tidak mungkin LSF dengan keterbatasannya mampu mengedukasi setiap
rumah tangga yang ada di seluruh Indonesia,” ujar Arturo saat tampil
sebagai nara sumber dalam diskusi bertajuk “Wajah Pendidikan Dalam
Serial TV Kita” yang digelar di kampus Uhamka Pasar Rebo Jakarta, Kamis
(28/4).
Diskusi tersebut juga menampilkan line producer Sinemart Dani Sapawie,
Dr Edy Sukardi (Uhamka), serta pemeran sinetron serial “Anak Jalanan”
Fathir Muchtar dan Stefan William.
Arturo yang mendapat Piala Citra sebagai editor pada film “Cinta Dalam
Sepotong Roti” ini memberi contoh bahwa sepanjang aturan di sekolah
masih ditegakkan agar setiap siswa menggunakan rok di bawah lutut, maka
pakaian pemeran anak sekolah yang di atas lutut tidak akan dicontoh
begitu saja.
Dosen IKJ yang ikut membidani Serial “Anak Seribu Pulau” ini, menegaskan
perlunya memberi ruang imajinasi dan idealisasi bagi khalayak penonton.
“Serial TV sebagai hiburan juga memiliki fungsi katarsis, pelepasan
dari himpitan hidup, dari pengapnya ruang publik, bahkan dari berita
politik yang melelahkan benak khalayak,” tutur Arturo. (Juft/ rol)
KONFRONTASI
- Anggota Lembaga Sensor Film (LSF) Arturo GP mengatakan LSF sudah
menentukan peringkat penonton yang layak untuk menonton setiap tayangan.
Maka self control orang tua dalam mengarahkan tayangan mana yang layak
ditonton anaknya sangat menentukan.
“Tidak mungkin LSF dengan keterbatasannya mampu mengedukasi setiap rumah tangga yang ada di seluruh Indonesia,” ujar Arturo saat tampil sebagai nara sumber dalam diskusi bertajuk “Wajah Pendidikan Dalam Serial TV Kita” yang digelar di kampus Uhamka Pasar Rebo Jakarta, Kamis (28/4).
Diskusi tersebut juga menampilkan line producer Sinemart Dani Sapawie, Dr Edy Sukardi (Uhamka), serta pemeran sinetron serial “Anak Jalanan” Fathir Muchtar dan Stefan William.
Arturo yang mendapat Piala Citra sebagai editor pada film “Cinta Dalam Sepotong Roti” ini memberi contoh bahwa sepanjang aturan di sekolah masih ditegakkan agar setiap siswa menggunakan rok di bawah lutut, maka pakaian pemeran anak sekolah yang di atas lutut tidak akan dicontoh begitu saja.
Dosen IKJ yang ikut membidani Serial “Anak Seribu Pulau” ini, menegaskan perlunya memberi ruang imajinasi dan idealisasi bagi khalayak penonton. “Serial TV sebagai hiburan juga memiliki fungsi katarsis, pelepasan dari himpitan hidup, dari pengapnya ruang publik, bahkan dari berita politik yang melelahkan benak khalayak,” tutur Arturo. (Juft/ rol)
“Tidak mungkin LSF dengan keterbatasannya mampu mengedukasi setiap rumah tangga yang ada di seluruh Indonesia,” ujar Arturo saat tampil sebagai nara sumber dalam diskusi bertajuk “Wajah Pendidikan Dalam Serial TV Kita” yang digelar di kampus Uhamka Pasar Rebo Jakarta, Kamis (28/4).
Diskusi tersebut juga menampilkan line producer Sinemart Dani Sapawie, Dr Edy Sukardi (Uhamka), serta pemeran sinetron serial “Anak Jalanan” Fathir Muchtar dan Stefan William.
Arturo yang mendapat Piala Citra sebagai editor pada film “Cinta Dalam Sepotong Roti” ini memberi contoh bahwa sepanjang aturan di sekolah masih ditegakkan agar setiap siswa menggunakan rok di bawah lutut, maka pakaian pemeran anak sekolah yang di atas lutut tidak akan dicontoh begitu saja.
Dosen IKJ yang ikut membidani Serial “Anak Seribu Pulau” ini, menegaskan perlunya memberi ruang imajinasi dan idealisasi bagi khalayak penonton. “Serial TV sebagai hiburan juga memiliki fungsi katarsis, pelepasan dari himpitan hidup, dari pengapnya ruang publik, bahkan dari berita politik yang melelahkan benak khalayak,” tutur Arturo. (Juft/ rol)