JAKARTA – Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (DPDTT) meluncurkan Indeks Desa Membangun (IDM) yang diyaki...
JAKARTA – Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (DPDTT) meluncurkan
Indeks Desa Membangun (IDM) yang diyakini dapat menjadi rujukan untuk
pengentasan desa tertinggal dan meningkatkan jumlah desa mandiri di
seluruh Indonesia.
“IDM ini lebih komperhensif dibanding
Indeks Pembangunan Desa, karena mengedepankan pendekatan yang bertumpu
kepada kekuatan sosial, ekonomi dan ekologi, tanpa melupakan kekuatan
politik, budaya, sejarah, dan kearifan lokal,” ujar Menteri DPDTT Marwan
Jaf’ar, Senin (19/10).
Menurut Marwan, apabila indeks ini
dipergunakan dengan baik oleh pemerintah sebagai acuan dalam melakukan
afirmasi, integrasi dan sinergi pembangunan, maka kondisi masyarakat
desa yang sejahtera, adil, dan mandiri seperti yang dicita-citakan,
tidak mustahil untuk diwujudkan.
Marwan menjelaskan pemberdayaan
masyarakat merupakan tumpuan utama titik tolak strategis menuju
terciptanya partisipasi yang berkualitas. Demikian juga dengan
peningkatan pengetahuan dan peningkatan keterampilan.
“Jadi, masyarakat berdaya merupakan
modalitas penting dalam menyantuni spirit UU Desa yang telah menempatkan
desa sebagai subjek pembangunan. Dengan menjadi subjek pembangunan,
desa akan menjadi entitas yang berpotensi mendekatkan peran negara dalam
membanguyn kesejahteraan, kemakmuran dan kedaulatan bangsa baik di mata
warga negaranya sendiri maupun di mata internasional,” ujarnya.
Marwan mengungkapkan kemiskinan menjadi
penyebab utama perpindahan penduduk dari desa ke kota. Setidaknya data
memerlihatkan, pada tahun 1980-an, 78 persen penduduk Indonesia ada di
pedesaan. Namun saat ini jumlah penduduk kota dan desa hampir berimbang.
Penduduk kota telah mencapai 49,8
persen, sementara persentase penduduk desa justru mengalami penurunan
menjadi hanya 50,2 persen dibanding pada 35 tahun yang lalu.
“Jika tren urbanisasi ini dibiarkan,
maka diperkirakan tahun 2025 nanti sekitar 65 persen penduduk Indonesia
akan berada di kota,” ujarnya.
Ketimpangan antara penduduk di desa dan
kota, menurut Marwan, bisa dilihat dari Indeks kedalaman kemiskinan di
desa dan kota. Pada tahun 2014 persentase penduduk desa yang hidup di
bawah garis kemiskinan mencapai 13,8 persen. Sedangkan penduduk kota
berjumlah lebih kecil yaitu 8,2 persen.
“Jika ditelisik lebih jauh diketahui
bahwa tingkat kemiskinan di desa jauh lebih dalam dan lebih parah
dibanding di kota. Hal itu dibuktikan dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan
di kota 1,25 sementara di desa jauh lebih besar yaitu mencapai 2,24,”
kata Marwan.(gir/jpnn)
No comments
Note: Only a member of this blog may post a comment.